Analisa Biaya Perawatan Olga Syahputra Selama Di Singapura

Artis, komedian dan presenter Olga Syahputra telah berpulang pada hari Jumat (27/03/2015) petang waktu Singapura di Mount Elizabeth Hospital, Singapore. Yang kini jadi pertanyaan adalah berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh almarhum Olga dan keluarganya untuk pengobatan dan perawatan selama berada di Mount Elizabeth Hospotal.

Selama ini kabar mengenai Olga dirawat di Singapura tidak terlalu banyak diketahui, termasuk sejak kapan artis serba bisa itu dirawat di Mount Elizabeth Hospital, Singapore. Namun jika ditelusuri dari berbagai sumber, mulai dari berita di internet ataupun infotainment di televisi, kemungkinan Olga mulai melakukan perawatan di Singapura sejak bulan Mei 2014. Pada artikel ini saya akan coba analisa perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh almarhum Olga dan keluarganya, dengan referensi tarif kamar dan ICU yang saya peroleh dari situs Mount Elizabeth Hospital. Baca selengkapnya..

Penyakit Meningitis Yang Diderita Olga Syahputra Dan Hubungannya Dengan CI100

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…. Kabar duka kembali menyelimuti dunia selebritis tanah air. Pembawa acara dan artis komedi Olga Syahputra menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Mount Elizabeth di Singapura pada hari Jumat (27 Maret 2015) sore waktu setempat. Olga meninggal dunia dalam usia 32 tahun. Usia yang masih termasuk sangat muda dan produktif. Diduga Olga meninggal dunia karena penyakit meningitis atau radang selaput otak yang dideritanya sejak Juni 2014. Sejak saat itu, Olga dirawat secara intensif di rumah sakit Mount Elizabeth di Singapura sampai akhir hayatnya.

Berita ini membuat saya segera mencari tahu apakah penyakit meningitis ini termasuk kedalam 100 kondisi sakit kritis yang dicover oleh rider CI100 dalam asuransi TAPRO. Dan ternyata saya menemukan 2 kondisi sakit kritis didalam rider CI100. Pertama dalam kondisi Early Critical Illness dan yang kedua dalam kondisi Advanced Critical Illness. Baca selengkapnya..

Seorang Guru PNS Harus Menjual Rumah dan Mobil Untuk Berobat

Kisah memilukan ini terjadi pada bulan Oktober 2013, dan datang dari seorang guru PNS yang bernama Akhdiat Suryawan (48). Akhdiat yang berprofesi sebagai seorang guru olahraga di SD Negeri 02 Pondok Kopi, Jakarta Timur tersebut harus rela menjual rumah dan mobilnya untuk membiayai pengobatan anaknya yang bernama Faizal Darmawan (14) yang menderita tumor otak. Berikut ini adalah kisahnya yang dikutip dari KOMPAS, 31 Oktober 2013, KESEJAHTERAAN: Rumah dan Mobil Harus Dijual Untuk Berobat. Baca selengkapnya..

Mahalnya Biaya Perawatan Ginjal Yang Rusak

Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kata cuci darah? Tentunya akan terbesit pertama kali ketika mendengar kata cuci darah adalah MAHAL. Namun pertanyaannya sekarang adalah seberapa mahalkah cuci darah itu? Berikut ini informasi mengenai biaya dari setiap tindakan terkait perawatan ginjal yang rusak yang saya kutip dari tulisan DIANING SARI pada situs tempo.co. Baca selengkapnya..

20 Persen Kalangan Menengah Keatas Menjadi Miskin Karena Penyakit Kritis

Apakah Anda tahu kalau 80 persen masyarakat penduduk Indonesia itu jauh dari harapan hidup sehat jika dibandingkan dengan negara maju? Bahkan 20 persen masyarakat menengah keatas uangnya habis karena mengobati penyakit berat. Hal ini terjadi karena mereka kurang peduli untuk melakukan pemeriksaan dini.

Menurut pengamat kesehatan Dr Handrawan Nadesul, penyakit kritis yang beresiko kematian menguras biaya yang tinggi, karena memerlukan terapi yang mahal. Selain itu pengobatannya pun membutuhkan peralatan medis yang canggih. Baca selengkapnya..

Dibandingkan Dengan Kemoterapi, Cara Ini Lebih Ampuh Atasi Kanker Paru Stadium Lanjut

Kanker adalah suatu penyakit yang sering diidentikkan dengan kematian. Namun beberapa penemuan terapi terbaru kini telah membuat kanker tidak berbeda dengan penyakit lain. Sehingga ada harapan bagi penderita kanker untuk bisa selamat dan kembali menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik. Salah satu penemuan terapi terbaru adalah dengan targeted therapy dengan menggunakan obat kanker Afatinib. Bahkan menurut riset para pakar bahwa dengan obat kanker Afatinib memiliki risiko kematian yang lebih kecil, sebesar 43 persen daripada pasien kemoterapi. Mari kita simak informasi berikut ini yang saya salin dari situs health.detik.com. Semoga informasi ini bermanfaat. Baca selengkapnya…

Julia Perez Jual Mobil Dan Rumah Demi Berobat

Siapa yang tidak kenal Julia Perez? Artis seksi yang melantunkan lagu Aku Rapopo dan pernah dekat dengan Gaston Castano, pesepakbola IPL asal Argentina. Kurang lebih dalam seminggu kemarin banyak berita yang beredar di infotainment, media sosial, dan situs-situs berita tentang Jupe (panggilan akrab Julia Perez) yang menderita sakit. Sampai saat ini sakit yang diderita oleh Jupe itu rupanya tidak kunjung sembuh. Bahkan Jupe masih harus menjalankan pengobatan di luar negeri.

Jupe mengatakan harus melakukan pengobatan di negeri Kangguru Australia selama 6 bulan. Proses pengobatan yang lama membuat Jupe menjual rumah dan mobilnya demi mengobati sakitnya tersebut.

Ditanya total biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan di Australia, Jupe enggan menjawab.

“Saya enggak bisa bilang. Dan ternyata memang mahal pengobatannya di Australia, cuma ora popo, yang penting aku sehat,” tuturnya. (sumber)

Penulis tidak berani menduga-duga jenis penyakit yang diderita oleh Jupe. Tapi kalau dilihat dari berita diatas, bahwa Jupe sampai harus menjual mobil dan rumahnya untuk biaya berobat, kemungkinan Jupe menderita sakit yang termasuk kedalam penyakit kritis. Kenapa demikian? Karena menurut penulis hanya penyakit-penyakit yang termasuk kedalam penyakit kritis sajalah yang memerlukan biaya sangat mahal. Sebagai contoh penyakit kanker yang diderita oleh suami Celine Dion, sampai-sampai Celine Dion mesti menjual rumahnya (baca disini).

Saya berharap dengan adanya kisah-kisah seperti Jupe ini atau Celine Dion, bisa menambah pemahaman Anda betapa pentingnya asuransi sakit kritis.

Salam,

JOhan|  0818 654 456 (Mobile & Whatsapp)5178D3DF (Blackberry Messenger)

Kantong Kering Karena Obati Sakit Kanker

Artikel ini saya posting untuk (sekali lagi) memberikan pemahaman dan pengetahuan betapa pentingnya memiliki uang pertanggungan CI100 dikarenakan biaya berobat sakit kanker sangatlah mahal.

Jakarta, Kanker sebagai penyakit erat kaitannya dengan ‘kanker’ sebagai anekdot yang merupakan kependekan dari ‘kantong kering’. Bahkan menurut seorang dokter, andai bisa memilih maka sebaiknya tidak usah kena kanker kalau belum punya mobil Ferrari. Sebenarnya, seberapa mahal sih biaya pengobatan kanker?

“Kanker itu penyakit yang sangat mahal. Kanker paru misalnya, untuk sampai ke diagnosis saja sudah bisa habis Rp 10-15 juta,” kata dr Ahmad Hudoyo, SpP(KP), FCCP dari RS Persahabatan dalam seminar Hidup dalam Lingkungan Sehat dengan Tidak Merokok di Klub Kelapa Gading, seperti ditulis Rabu (27/6/2012).

Biaya sebesar itu masih akan membengkak ketika harus menjalani kemoterapi. Sebagaimana dicontohkan dr Hudoyo, sekali kemoterapi untuk kanker paru rata-rata menghabiskan Rp 15 juta padahal harus dilakukan sebanyak 6 kali dengan jeda masing-masing 1 bulan dan tidak boleh terputus.

Saking mahalnya, biaya pengobatan paru sampai pada tahap tersebut oleh dr Hudoyo diibaratkan seperti kehilangan sebuah mobil Toyota Avanza atau sekelasnya. Gambaran biaya sebesar itu tentunya sudah ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran lain, termasuk kerugian akibat berbulan-bulan tidak bisa bekerja.

“Sampai benar-benar sembuh itu sangat mahal, dan itu pun belum tentu bisa sembuh. Ibaratnya kalau bisa memilih, mending tidak kena kanker kalau belum mampu beli mobil Ferrari,” tambah dr Hudoyo.

Mahalnya biaya pengobatan kanker dirasakan sendiri oleh Albert Charles Sompie (53 tahun), mantan atlet softball yang pernah menjalani operasi kanker paru dan kanker usus sekaligus. Laki-laki berkumis yang biasa dipanggil Berthie ini mengaku harus merogoh koceknya sekitar Rp 500 juta hanya untuk biaya operasi dan pengobatan saja.

Berthie yang kehilangan setengah dari paru-paru kanan dan hampir dua pertiga usus besarnya karena dimakan kanker tersebut mengaku prihatin membayangkan pasien kanker yang kondisi ekonominya tergolong menegah. Artinya kalau miskin sekalian, mungkin masih akan ditanggung negara, tapi kalau tidak miskin tapi juga tidak kaya maka akan tejadi hitung-hitungan yang sangat rumit dan dilematis.

“Kalau cuma jual mobil saya pikir masih bisa lah. Tapi kalau sampai jual rumah, ada nasib keluarga yang harus diperhitungkan di situ. Akhirnya banyak yang dihadapkan pada pilihan pahit, pasrah lalu menghentikan pengobatan,” kata mantan perokok berat yang kini mati-matian berjuang mengkampanyekan anti rokok tersebut.

Berthie juga membandingkan, biaya yang dihabiskan oleh para perokok untuk membeli rokok kalau dikumpulkan bisa jadi tabungan kalau suatu saat kena kanker. Memang tidak semua perokok kena kanker dan sebaliknya tidak semua yang tidak merokok akan bebas dari kanker, namun tetap saja Berthie menilai kebiasaan merokok adalah pemborosan yang sangat tidak bijak.

SUMBER

Salam,

JOhan|  0818 654 456 (Mobile & Whatsapp)5178D3DF (Blackberry Messenger)

Rumah Mewah Celine Dion Dijual Demi Pengobatan Kanker Suami Tercinta

celine_dion_dan_Rene AngelilPenyanyi kenamaan dunia, Celine Dion, baru-baru ini memasarkan rumahnya kepada pasar properti di Amerika. Kesulitan ekonomi yang sedang membelitnya, membuat pengisi soundtrack film Titanic ini menawarkan diskon besar pagi para pembelinya. Tidak tanggung-tanggung, diskon sebesar 10 juta dollar AS atau setara dengan Rp 117 miliar diberikan kepada calon pembeli rumah tersebut.

Bukan tanpa alasan penyanyi cantik ini menjual rumah mewahnya tersebut. Penyakit kanker tenggorokan yang sedang diderita suaminya, Rene Angelil, membuat mereka terpaksa menjual salah satu aset berharganya tersebut.

Harga rumah ini terbilang masih sangat mahal dan mungkin hanya dapat dibeli oleh para konglomerat. Rumah seluar 23,7 hektare bergaya Bahama tersebut dipasarkan dengan harga Rp 72,5 juta dollar AS atau setara dengan Rp 848 miliar.

Rumah milik penyanyi kenamaan ini memiliki 5 buah kamar tidur, 5 kamar mandi, ruang tamu resmi dengan desain langit-langit berkubah tinggi, ruang media dan sebuah teras depan. Kamar tidur utamanya bahkan memiliki beberapa fasilitas mewah khas diva dunia.

Misalnya saja seperti lemari pakaian dan sepatu di rumah ini yang dapat berputar secara otomatis. Hal ini dibuat demikian guna memudahkan pelantun My Heart Will Go On ini memilah-milih pakaian dan sepatu yang akan dipakainya.

Selain area indoor yang menggoda, rumah Celine Dion ini juga dilengkapi dengan waterpark, kolam renang hingga fasilitas olahraga tenis dan driving-range. Dengan sejumlah kelebihannya ini tidak heran jika rumah ini dijual dengan harga yang terbilang sangat mahal.

Cerita diatas kembali mengingatkan kita betapa pentingnya asuransi sakit kritis. Karena salah satu fungsi dari asuransi sakit kritis adalah melindungi aset kita. Untuk mengetahui fungsi-fungsi yang lain dari asuransi sakit kritis, bisa dilihat disini.

Satu hal yang perlu diingat bahwa asuransi tidak akan membuat kita jatuh miskin. Tapi tidak sedikit orang yang jatuh miskin karena tidak memiliki asuransi. Seandainya suami Celine Dion memiliki asuransi yang memberikan UP sebesar nilai asetnya, mungkin kejadian dari cerita diatas bisa dihindari.

SUMBER

Salam,

JOhan|  0818 654 456 (Mobile & Whatsapp)5178D3DF (Blackberry Messenger)

Awas Maut… Ini Serangan Jantung, Bukan Masuk Angin!

Pada produk TAPRO Syariah (Allisya Protection Plus), gejala-gejala yang dialami oleh jurnalis Kompas, M. Latief (38 tahun) ini termasuk dalam kategori Serangan Jantung Pertama yang dicover oleh CI+ atau CI100. Mari kita simak kisah dari M. Latief ketika merasakan gejala-gejala serangan jantung dan kesigapannya untuk segera ke rumah sakit yang menyelamatkan hidupnya.

KOMPAS.com — Banyak orang mengenal serangan jantung seperti yang digambarkan dalam film atau sinetron, yakni mata mendelik, dada sesak, dan tangan memegangi dada ketika pingsan. Padahal, adakalanya rasa sakit tidak mengikuti pola tertentu, bahkan tanpa diikuti rasa nyeri dada. Simak kisah serangan jantung seperti yang dialami M Latief (38). Jurnalis yang memiliki hobi naik gunung ini mengalami serangan jantung ringan dengan gejala mirip masuk angin. Inilah pengalamannya.

Serasa baru selesai joging jarak jauh, keringat seketika mengucur deras dari kening, leher, dan sebagian badan saya. Anehnya, itu keringat dingin, bukan hangat. Dingin sekali.

Sedetik keringat menderas, tiba-tiba dada juga terasa sesak, diikuti tengkuk hingga bahu yang menegang. Fun City, tempat permainan anak Margo City, Depok, tempat saya berdiri itu, seperti pelan-pelan menyempit, mengimpit. Baca selengkapnya…